Apresiasi dan Dukungan Memorandum, Ganti Nama PAMMI Jadi PAMDI

SURABAYA, MEMORANDUM – Persatuan Artis Musik Dangdut Indonesia (PAMDI) Dewan Pimpinan Daerah Jatim mengapresi acara pameran Memorandum Umrah Holiday Expo 2024 di Atrium Royal Plaza, Surabaya, Jumat, 19 Januari 2024.

Di acara ini sekaligus sebagai sosialosasi nama Persatuan Artis Musik Melayu-Dangdut Indonesia (PAMMI) menjadi PAMDI Jatim.

Ketua PAMDI DPD Jatim Dra Enny Puri Rahayu SPd MH, mengatakan, nama ini didaftarkan ke UNESCO, maka dari itu nama melayu dihapus dulu. Karena apa banyak negara memakai nama melayu, nanti takutnya nama melayu takutnya diakui oleh negara lain. 

“Untuk memuluskan dan memudahkan, nama melayu dihapus, dimusyawarahkan  luar biasa (munaslub) di Jakarta, yang dihadiri oleh DPD seluruh Indonesia. Maka hasilnya disepakati nama PAMMI berubah menjadi PAMDI,” kata Enny.

Lebih lanjut Enny mengatakan, setelah munaslub selesai, kemudian DPD PAMDI Jatim diwajibkan untuk mensosialisasikan di DPC-DPC. Kebetulan di acara pameran Memorandum Umrah Holiday Expo 2024 bekerja sama dengan Memorandum untuk sosialisasi.

“Kami berterima kasih sekali dukungan dari Memorandum. Dan kami optimistis dan banyak sinyal PAMDI diterima UNESCO,” jelas Enny.

Menurut Enny, selama ini semua sudah mengakui bahwa dangdut sudah mendunia itu asli dari Indonesia. Lantas darimana lagi, kalau dari daerah lain kalau membawakan musik dangdut pasti berbeda.

“Banyak diundang ke negara negara lain dan sambutannya terhadap musik dangdut luar biasa,” ungkapnya.

Apalagi, kata Enny, PAMDI mempunyai cabang di Amerika Serikat (AS), Thailand, dan negara-negara lain. Sehingga PAMDI dikenal bukan hanya di Indonesia saja, tapi di kancah dunia. 

“Jadi musik dangdut harus diakui sebagai warisan budaya asli Indonesia,” tandas Enny.

Sementara itu, salah satu pengurus PAMDI, Surya Aka mengapresiasi kepada Memorandum dan juga pameran Memorandum Umrah Holiday Expo 2024 di Atrium Royal Plaza ini. 

“Dengan begitu kami ikut memberikan dukungan acaranya semakin meriah,” ucapnya. 

Surya menjelaskan, khusus di acara ini merupakan sosialisasi perubahan nama PAMMI menjadi PAMDI. Perubahan tersebut dikarenakan dangdut didaftarkan ke UNESCO sebagai kekayaan Indonesia nonbenda dunia. 

“Nanti UNESCO akan memberikan rekomendasi dangdut sebagai musik asli Indonesia. Hasil akhirnya yang akan kami capai. Saat ini masih dalam proses dan sudah berjalan di Departemen Pariwisata dan menunggu antrean dari UNESCO untuk memberikan gelar,” ungkap Surya.

Surya melihat insan musik dangdut di Jatim terus bergerak. Dan DPC-DPC PAMDI juga sangat dinamis, seperti di Sidoarjo, Tuban yang sering membikin festival. Dan bahkan mengirimkankan anak-anak untuk ikut festival di televisi nasional.

“Jatim luar biasa, jumlah artis banyak, jumlahnya ribuan. Dan kami juga memberikan perlindungan kepada penyanyi/artis memberikan pembinaan agar dangdut yang seronok jadi berkurang,” ujarnya.

Acara seperti ini, kata Surya harus sering diadakan setahun mungkin bisa dua hingga tiga kali, sehingga ada suatu momen bagi artis dangdut untuk bertemu dengan masyarakat. 

“Termasuk Memorandum sebagai bergerak di bidang media dengan market menengah ke bawah merupakan suatu level ya. Apalagi saya mengapresiasi adanya perencanaan membikin festival dangdut se-Jatim yang akan diadakan oleh Memorandum. Saya sangat apresiasi itu,” pungkas Surya. (*)

sumber : Reporter: Oskar Rio (memorandum.co.id)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Releated